Kamis, 15 April 2010

Kue.... Oh.... Kue...

Beberapa tahun yang lalu, Tuhan berbaik hati dengan memberikan aku “liburan” ke Thailand. Liburan yang aku maksud itu pergi ke Thailand dengan tim choir sekolah untuk mengikuti kompetisi di sana. Sebenernya, aku bisa dibilang “anggota kaget”. Kenapa? Karena sebelumnya aku sama sekali nggak pernah ikut ekstra choir. Berhubung tim kekurangan orang, akhirnya direkrutlah beberapa orang awam dan aku termasuk dari sedikit yang beruntung. Waktu terpilih jadi anggota, yang ngebuat aku seneng sebenernya bukan karena bisa masuk timnya, tapi karena bakal “piknik” ke Thailand dan S’pore dengan biaya yang murah banget. Cuma bayar sekitar 2,5 juta. Kapan lagi ada kesempatan kayak gini? Hahaha

Singkat cerita, aku dan anggota choir lainnya berangkat ke Thailand di bulan Juli 2007. Setelah ikut kompetisi, kami diajak tour. Waktu makan siang, kami diantar ke sebuah restoran yang cukup lux. Begitu masuk, di bagian tengah restoran ada meja panjang yang di atasnya ada banyak roti, kudapan, dan salad yang ngebuat orang jadi ngiler. Beberapa teman ada yang langsung teriak-teriak norak saking lapernya.

“Kue! Gila, laper banget!” “Ambilin kuenya dong” “Kuenya kecil banget” “Kuenya enak!!”

Gerombolan kelaparan ini langsung nyerbu meja dan nguras semua yang ada di situ. Aku cuma ngambil salad yang ada di pinggiran. Bukannya aku nggak suka roti, tapi jadi nggak bisa ngambil roti gara-gara ada gerombolan kelaparan itu. Sial! Padahal tadinya aku udah ngincar black forest yang coklatnya banyak banget.

Dengan agak keki, aku nyari tempat duduk di deket jendela dan makan salad sambil ngeliatin gerombolan tadi makan roti. Mereka ketawa-ketiwi sambil ngomongin rotinya. Nah, aku mulai nyadar ada yang agak aneh di sini. Setiap kali mereka nyebutin kata “kue”, pelayan restorannya tuh kayak mau ketawa tapi ditahan. Beberapa malah bisik-bisik sambil cekikikan. Ada yang pasang tampang jijik juga. Aneh...

Waktu main coursenya keluar, guru pembimbing deketin kita dan ngomong dengan suara yang pelaaaaan banget. Setelah dia selesai ngomong, gerombolan yang tadi teriak-teriak “kue” itu diem dan beberapa mukanya jadi rada merah. Sedangkan aku dan temen-temen langsung ketawa kayak orang gila.

Ternyata, di Thailand, kata “kue” itu punya arti yang beda banget sama “kue” dalam bahasa Indo. Di sana tuh “kue” artinya (maaf) alat kelaminnya cowok!! Nggak tau gimana penulisannya, pokoknya pelafalannya itu sama kayak “kue” dalam bahasa Indo.

Sampai sekarang aku dan anggota choir yang ikut ke Thailand masih suka ketawa kalau inget kejadian dodol di restoran itu. Coba aja dibayangin klo kita yang jadi orang Thailand. Ada anak-anak umur belasan tahun, makannya di restoran elite, begitu masuk langsung teriak “KUE!!”. Mana ngomongnya keras dan sering banget lagi diucapinnya. Awalnya mereka kira kita tuh orang Thailand juga soalnya wajahnya mirip sama orang sana. Untung akhirnya mereka nyadar kalau kita tuh turis. Coba kalau nggak, waduh... bisa hancur image choir sekolahku gara-gara gerombolan kelaparan itu.

2 comments:

Anonim mengatakan...

hihihihihihi

nambah kosa kata baru mama niih
kue
wkwkwkwkwkwkwk
XDDDDD

flè mengatakan...

wew ==
Kosa katanya bgs y ma? XD